Selasa, 31 Desember 2013

Rafa

Rafa



Namanya Rafa. Rafael Janitra lebih lengkapnya. Sosok laki-laki berusia dua tahun lebih tua dariku itu tinggal diujung gang. Rumah dua lantai dengan atap genteng warna merah, banyak tidak dianggap oleh masyarakat sekitar, begitupula dengan penghuninya.
            Rafa, orang-orang memanggilnya demikian. Sosoknya yang aneh dan kadang berubah-ubah. Kata orang Rafa adalah mantan narapidana narkoba yan ditinggal mati kedua orangtuanya. Versi lain menyebutkan Rafa adalah pemuda dengan gangguan jiwa yang sengaja diasingkan oleh pihak keluarganya.
            Rafa, menurutku dia pemuda unik. Semenjak kepindahanku ke kota ini dua tahun yang lalu, aku mengenalnya secara berbeda. Hampir setiap hari aku mengunjungi rumah diujung gang tersebut untuk berbincang dengannya ataupun sekedar mampir.

***

Minggu, 03 November 2013

Yearbook-yearbook-an (?)

Halo selamat sore!

Saya baru muncul dari semi-hiatus perblogging-an (?).
Ditengah waktu rehat sejenak dari belajar (saya sedang UTS btw) iseng-isng mau posting foto-foto yang kalo saya bilang sih *ehem mirip yearbook-yearbook-an :3

So lets check this out guys!



(kanan ke kiri : Aura, Saya, dan Ria)
ini kalau nggak salah lagi nunggu temen selesai praktikum, terus ada kamera nganggur dan...
jadilah foto ini
*--"

Kamis, 10 Oktober 2013

(Dibuang Sayang) Senja di Borneo

            “Bu, kenapa langit senja selalu tampak indah?”
            “Karena ini senja di Borneo.”

***
            Hari ini, aku bangun lebih pagi. Melawan dinginnya semilir angin yang merasuk dan bergegas menuju tambak ikan. Aku telah berjanji padanya untuk pergi menjaga tambak bersama.
            “Tius, apa hari ini giliranmu yang menjaga tambak?” tanyaku saat mendapati Tius tengah duduk-duduk dipinggir tambak.
            “Iya, Bu…” jawabnya singkat.
            Matius atau yang akrab dipanggil Tius adalah anak dari orangtua asuhku selama di Kalimantan. Ya, aku sedang menjalankan tugas sebagai asisten konsultan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang kehutanan. Dua bulan lalu, saat pertama kali aku menginjakkan kaki di Desa Labuangkalo, Tius adalah orang pertama yang membantuku untuk membawa ransel dan barang bawaan lainnya.
            Tius, bocah kecil dengan kulit coklat tersengat sinar matahari ini, kini menatap kosong hamparan air tambak didepannya. Tak biasanya ia seperti ini.
            “Tius, kamu kenapa?” tanyaku penasaran.
            “Pak Guru Saidi pulang ke Jawa. Tidak ada lagi guru disekolah kami, Bu.” ucapnya pelan.
            “Pak Guru Saidi?”
            “…” Tius hanya menatapku tanpa ucap.

(Dibuang Sayang) Membunuh Kawan

Membunuh Kawan


Membunuh kawan? Apa itu sesuatu yang wajar? Tidak wajar bukan? Faktanya, aku telah berulang kali melakukannya. Membunuh kawan kulakukan tidak secara ragawi, melainkan secara verbal. Lewat kata-kata yang kutuangkan dalam tulisan.

Pekerjaan sebagai seorang jurnalis membuatku harus melakukan tindakan yang bagi seorang kawan tak layak dilakukan itu. Profesionalitas. Satu kata itu yang harus kuutamakan saat aku sedang menyusun rencana untuk membunuh kawanku sendiri, Hendriawan Trilaksmono, seorang mantan petinggi salah satu bank swasta. Sejak kudengar kasusnya tentang penggelapan dana seorang nasabah dua tahun silam, aku terus memburu beritanya.

Sekali lagi aku menekankan, profesionalitas. Profesionalitas tidak mengenal apakah ia dulu bekas teman sebangkumu kala SMA atau tidak. Profesionalitas hanya mengenal berita yang aktual dan disajikan secara obyektif. Kini profesiolitasku berteman dengan sebuah tindakan membunuh kawan. Aku mengeksekusi kawan lamaku itu dengan sebuah headline, “Lagi, Trilaksmono Menghisap Madu Nasabah” yang terbit diminggu lalu.

Beberapa hari setelah headline tersebut terbit, kudengar sayup dari suara Televisi, “Pelaku penggelapan dana nasabah, Hendriawan Trialaksmono, ditemukan bunuh diri di apartemennya pagi tadi…”


Sedetik kemudian air mataku mengalir.

(Mencoba) Resensi Novel "Dramaturgi Dovina"



Judul     : Dramaturgi Dovima
Penulis : Faris Rachman-Hussain
Halaman : 232 halaman
Genre : Metropop
Penerbit : Gramedia
Tahun Terbit : 2013

Ini novel metropop pertama yang pernah saya baca dalam waktu dua hari nonstop. Semenjak pertama kali membaca genre ini semasa SMP, saya tertarik meskipun sedikit. Awal minggu ini, saya sengaja mampir ke toko buku (karena baru dapat rejeki dari tulisan J hehe) dan segera memburu buku baru.

Langsung menuju benang merah…

Novel metropop ini saya suka. Sangat suka bahkan. Kenapa? Karena banyak penggunakan nama-nama yang “Indonesia banget” seperti Seruni Said, Imadji Djasin, dan lain-lain. Becerita tentang kehidupan berliku dari seorang Dovima Said, seorang calon reporter majalah Kala. Kehidupan Dovima diceritakan unik, tidak runtut, namun memberikan kesan penasaran yang manis.

Diksi yang digunakan, saya suka. Salah satunya adalah “kecantikan yang mengintimidasi”.

Great!

Pesan untuk selalu berkerja keras dan pantang menyerah yang didapat dari seorang wartawan yang menunggu narasumbernya, terlihat jelas didalam novel ini.

Kelemahannya (ini subjektif) adalah penempatan gambar secangkir kopi atau the dan selembar surat kabar pada bagian atas setiap bab baru yang saya rasa mengganggu. Itu saja kelemahannya yang menurut saya tidak mengurangi nilai metropop-itas novel ini.

Well (kata-kata ini banyak ditemukan dibagian dalam novel), novel ini sangat dianjurkan untuk para pembaca setia metropop ataupun pembaca yang mulai bosan dengan kisah remaja yang itu-itu saja serta menginginkan Susana baru.

Selamat membaca!

Rabu, 31 Juli 2013

Fork, Spoon, and Chopstick

Fork, Spoon, and Chopstick
(Garpu, Sendok, dan Sumpit)



“She can’t live beside me in Korea, Mom.”
                                “Honey, she’s your first love, right? She’ll be your wife soon. Did you remember your words with Grandpa before he passed away?”
                                “Mom, everything was changing. And I’m in a contract with my group not to married before the contract was end. Please, Mom. Don’t let her move to Korea. At least for three or four years later.”
                                “Honey, she already touchdown in Incheon. Pick her as soon as possible. She have nothing in Korea. I love you sweetheart.”
                                “Mom!!!”


*** 

Heebum, please back to me



Tuttt….Tuuuuttt…

                      “Oo, waeyo Heechul-ah?” Teuk menerima panggilan dari Heechul.
                      “Leeteuk-ah, apa kau ada jadwal hari ini?”Heechul bertanya dengan khawatir.
                        “Hari ini ada latihan, beberapa talkshow dan aku akan ke Kona Beans. Waeyo?” Teuk sekali lagi bertanya.
                        “Bulan ini Heebum harus medical check up. Sementara aku tidak bisa minta ijin keluar dari Mess. Maukah kau mengantarnya ke Pet Shop?”Heechul memohon.
                        “Dimana Pet Shopnya? Apakah masih didaerah Seoul?”
                        “Daerah, Gangnam-Gu. Tempat biasanya Hyuk mengantar Choco.”
                        “Oh, arrasseo. Ada lagi yang kau khawatirkan?”
                        “Anneyo. Hanya itu yang membuatku tidak tenang. Gomapta,”
Klik. Heechul menutup panggilan.
Tiba-tiba Hyuk datang dan menanyakan siapa yang baru saja menelponnya.
                        “Dari siapa, hyung? Eomma-mu?” Tanya Hyuk sambil makan pisang.
                        “Heechul. Dia memintaku mengantar Heebum ke Pet Shop.”jawab Teuk.
                        “Mwo? Sayang sekali dia sama Heebum. Heebum-ah, Appamu terlalu khawatir padamu!”teriak Hyuk pada Heebum yang sedang bermain bersama Choco dan Champagne.
Teuk berjalan mendekati Heebum lalu menggendongnya.
                        “Heebum-ah, kau tampak sehat. Mengapa ia begitu khawatir padamu ya?”Teuk berbicara pada Heebum yang ada digendongannya.
                        “Kau akan membawa Heebum ketempat latihan, hyung?”hyuk tampak penasaran.
                        “Tentu saja. Jadwal kita begitu padat hari ini. Tapi akan kusempatkan untuk mengantarnya ke Pet Shop.”Teuk baik sekali.

Daddy Where Are You Going? (Korean Variety Show-SBS)






Finally, having a date with this site XD

Ok, guys!
This time i wanna share 'bout a new korean variety show.
Appa eodiga or Daddy Where Are You Going?

Minggu, 05 Mei 2013

Surat untuk Film Indonesia




Berawal dari beberapa potongan gambar

Kemudian imajinasi terkembang

Terima kasih Film Indonesia



Dear Cinta,

Halo cinta, bagaimana kabarmu? Terakhir kita bertemu adalah beberapa bulan yang lalu, tepatnya sebelum aku ujian tengah semester. Waktu itu aku sedang penat, karena tidak tau harus apa akhirnya aku pergi kesuatu tempat. Disana aku berdiri cukup lama, mengantri dengan sabar, kemudian memasuki sebuah ruangan gelap tempat kita biasa bertemu. Suara proyektor yang tepat diatasku membuatku bergembira karena sebentar lagi kita akan bertemu. Kamulah penghilang penatku saat itu.


Selasa, 09 April 2013

How I Miss Him So Much



How I miss him so much...

Aku rindu papa, ya aku rindu lelaki hebat berusia kepala 5 itu. Sosok pria diam yang tak banyak kata.

Senin, 18 Maret 2013

Sepotong Motivasi




Minggu, 17 Maret 2013 BKlass mengadakan Try Out di RSPD.

Satu sesi acara yang palingaku tunggu adalah sesi Motivasi. Kenapa? Karena tahun lalu sesi motivasi diisi oleh Ustad Fathan Fantastic, dan selalu menjadi perhatian.

Maka dari itu, aku stay didekat peserta Try Out dan mencoba untuk membuka pikiran.


Sabtu, 09 Maret 2013

Dibalik Cabe Rawit



cr : klinik fotografi kompas


9 Maret 2013, pukul 11.43 WIB di Pasar Tradisional Kota Klaten

Ceritanya hari ini lagi ada quality time sama Mama. Aku nemenin Mama belanja sayur dipasar. Enggak tahu kenapa, Mama milih belanja sayur didekat parkiran motor yang notabene sayurnya nggak terlalu lengkap.

Guess what?

Rabu, 06 Maret 2013

Dia



Dia....
Dia berambut hitam sebahu.
Dia juga mempunyai mata yang terlampau sendu.
Dia salah satu yang tak sempat hilang dipikiranku.

Dia....
Dia yang selalu lewat didepan koridor tempatku bekerja.
Dia yang hampir setiap hari mengantarkan segelas kopi saat senja berakhir.
Dia dan mata yang terlampau sendunya itu.

Dia....
Dia datang pukul delapan tepat.
Dia dan bunyi alas sepatunya yang berdercit terkena lantai.
Dia yang membawa secangkir semangat saat kantuk melanda.

Dia....
Dia mungkin telah bahagia disana.
Dia yang enggan dari benak ini, kini mengepakkan sayap pergi.
Dia melayang tinggi.

Jumat, 08 Februari 2013

Romansa Pisang Goreng



Ini cerita yang pernah aku kirim kesalah satu penerbit
mungkin masih banyak kurang disana-sini 
jadi harus kusimpan dalam blogspot


ps. salah satu nama yang digunakan terinspirasi dari

kakak tingkat dikampus

selamat membaca


DO NOT COPY PASTE
ALLOH KNOW EVERYTHING TOU DO^^



Romansa Pisang Goreng


Langkah kaki ini terasa berat saat memasuki gerbang sekolahku yang baru. Entah mengapa aku serasa enggan memasuki tempat ini padahal jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh tepat. Tatapan mata dari siswa-siswi lain membuatku seakan terintimidasi. Aku ingin kembali ke ibukota, rontaku dalam hati.
                        “Ruang kelas XII IPA 1 dimana?”aku menghentikan langkah kaki seorang siswi yang tengah berkutat dengan buku tebal ditangannya. Ia hanya mendongak lalu memperhatikan penampilanku dari ujung kepala hingga ujung kakiku.
                        “Di ujung koridor belok kanan. Ada papan namanya dipintu,”tanpa berucap terimakasih, aku langsung menuju tempat yang ia sebutkan.

Kamis, 07 Februari 2013

Happy Valentine Hunhan



DO NOT COPY
ALLOH KNOW EVERYTHING YOU DO^^



"HAPPY VALENTINE HUNHAN"

Cast : Oh Sehun & Xi Luhan


Ingus, remahan biskuit yang berceceran dilantai dan tumpahan susu di bed adalah hal yang berhasil membuat hormon adrenalinku mencuat naik. Bagaimana tidak, hampir setiap hari aku membersihkan sisa-sisa makanan dan lendir yang menjijikkan itu sebelum berangkat sekolah.
Dia bukan adikku. Dia bukan saudaraku, baik dari pihak ibu maupun dari pihak Ayah. Dia bahkan tidak punya hubungan darah denganku. Tapi hampir setahun ini dia terus menempel pada kehidupanku, meninggalkan remahan biskuit yang sangat kubenci dilantai sehingga kakiku tak jenak melangkah.
Sehun adalah anak dari calon ibu tiriku. Ya, ayahku dan ibunya memang sudah lama berpacaran. Mungkin ayah merasa kesepian karena hampir belasan tahun hidup sendiri dan harus mengurusiku setiap hari. Sehun dan aku sebaya. Tanggal lahir kami hanya terpaut tujuh hari. Namun jangan samakan aku dengan dia. Karena kami jelas berbeda. Aku normal dan dia istimewa. Terlampau istimewa karena pada usianya sekarang, ia masih harus minum susu dari botol.

Jumat, 01 Februari 2013

Welcome February

Hello, my dearest February
id like to say that i very love you,
guest what? cuz February i'll be 2nd Sem on my major in Agriculture
yeeayyy, how excited iam
btw, i wanna share 'bout my last  story bout one of sidename in my college
but, i cant upload it here cuz....
you know many plagiator here and i couldnt protect my beloved blog
kkkk