Kamis, 10 Oktober 2013

(Dibuang Sayang) Membunuh Kawan

Membunuh Kawan


Membunuh kawan? Apa itu sesuatu yang wajar? Tidak wajar bukan? Faktanya, aku telah berulang kali melakukannya. Membunuh kawan kulakukan tidak secara ragawi, melainkan secara verbal. Lewat kata-kata yang kutuangkan dalam tulisan.

Pekerjaan sebagai seorang jurnalis membuatku harus melakukan tindakan yang bagi seorang kawan tak layak dilakukan itu. Profesionalitas. Satu kata itu yang harus kuutamakan saat aku sedang menyusun rencana untuk membunuh kawanku sendiri, Hendriawan Trilaksmono, seorang mantan petinggi salah satu bank swasta. Sejak kudengar kasusnya tentang penggelapan dana seorang nasabah dua tahun silam, aku terus memburu beritanya.

Sekali lagi aku menekankan, profesionalitas. Profesionalitas tidak mengenal apakah ia dulu bekas teman sebangkumu kala SMA atau tidak. Profesionalitas hanya mengenal berita yang aktual dan disajikan secara obyektif. Kini profesiolitasku berteman dengan sebuah tindakan membunuh kawan. Aku mengeksekusi kawan lamaku itu dengan sebuah headline, “Lagi, Trilaksmono Menghisap Madu Nasabah” yang terbit diminggu lalu.

Beberapa hari setelah headline tersebut terbit, kudengar sayup dari suara Televisi, “Pelaku penggelapan dana nasabah, Hendriawan Trialaksmono, ditemukan bunuh diri di apartemennya pagi tadi…”


Sedetik kemudian air mataku mengalir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar