Rabu, 31 Juli 2013

Fork, Spoon, and Chopstick

Fork, Spoon, and Chopstick
(Garpu, Sendok, dan Sumpit)



“She can’t live beside me in Korea, Mom.”
                                “Honey, she’s your first love, right? She’ll be your wife soon. Did you remember your words with Grandpa before he passed away?”
                                “Mom, everything was changing. And I’m in a contract with my group not to married before the contract was end. Please, Mom. Don’t let her move to Korea. At least for three or four years later.”
                                “Honey, she already touchdown in Incheon. Pick her as soon as possible. She have nothing in Korea. I love you sweetheart.”
                                “Mom!!!”


*** 



                                “Wah, Seoul ramai sekali ya? Lihat, gedung itu tingginya hampir menyentuh langit mungkin,”celoteh seorang gadis saat mobilnya memasuki kawasan Seoul.
                                “Ngomong-ngomong, ada hubungan apa kau dengan Khun?”tanya Taecyeon yang tengah berada dibelakang kemudi.
                                “Nickhun? Dia calon suamiku.”
Settt…
Mobil mendadak berhenti.
                                “Apa kau bilang? Calon suami? Kau?”Taecyeon sangat kaget.
                                “Memangnya kenapa? Kami sudah dijodohkan sejak kecil,”jawab gadis manis itu.

                Gadis itu bernama Namh. Ia berasal dari Thailand dan sekarang sedang menyusul calon suaminya yang seorang artis di Korea.
                                “Apa kau tahu kalau Khun adalah seorang artis disini?”
                                “Tentu saja. Aku bahkan melihat reality show We Got Married-nya bersama Victoria f(x) bulan lalu,”gadis itu berkata sambil melihat keluar jendela mobil. Ia masih takjub dengan kemegahan gedung-gedung diKorea.
                                “Hoa!”Taecyeon setengah tak percaya.


***


                                “Kenapa kau nekad kemari, Namh?”Khun berkata saat mereka bertemu dihotel.
                                “Memang kenapa? Bibi bilang tidak apa-apa. Lagipula sebentar lagi kita akan menikah, kan?”gadis itu memutari setiap ruangan dikamar hotelnya.
                                “Hya! Sudah kubilang semuanya telah berubah. Perjodohan itu sudah kuanggap angin lalu,”Khun sedikit kesal.
                                “Oo, ini pintunya bisa terbuka sendiri? Lihat, Khun! Yng seperti ini tidak ada dihotel Thailand,”Namh terheran-heran dengan dengan sliding automatic door yang ada dikamarnya.
                                “Hah, aku bisa gila.”Khun menunduk.
                                “Khun, aku bisa menunggu. Tiga tahun, empat tahun, bahkan sepuluh tahun aku akan menunggumu. Aku tidak bisa hidup jauh darimu,”Namh memeluk Khun dari belakang.
                                “Tapi, Namh? Aku masih terikat kontrak dengan managemenku. Aku bahkan tidak boleh memiliki seorang pacar.”ucap Khun.
                                “Kau tidak perlu mengatakan pada semua orang bahwa aku ini adalah calon istrimu. Katakan saja bahwa aku ini asisten pribadimu dan aku bisa berada disisimu sepanjang waktu,”Namh semakin erat memeluk Khun.

***

                                “Khun? Sebenarnya gadis itu siapa?”Taecyeon bertanya.
                                “Dia asisten pribadiku.”jawab Khun singkat.
                                “Jujur saja padaku, Khun. Dia adalah calon istrimu dari Thailand, kan?”
                                “Taecyeon-ah, tolong jangan beri tahu siapa-siapa tentang gadis itu,”Khun memohon.


*** 


                                “Annyeonghaesyo, naneun Namh imnida. Aku adalah asisten pribadi Khun. Mohon bantuannya.”Nahm memperkenalkan dirinya dihadapan para member 2PM lainnya.
                                “Kudengar kau dari Thailand ya? Sawadee Khap,”Wooyoung memberi salam kepada Namh.
                                “Appa dari Korea dan Eomma dari Thailand. Aku besar di Thailand dan belajar bahasa Korea sejak kecil. Jadi kalian tidak perlu khawatir,”jawab Namh polos.
                                “Tapi kau sama sekali terlihat seperti orang Korea asli. Lihat, kau juga punya poni yang lucu,”Wooyoung tertawa melihat kepolosan Namh.
Taecyeon hanya bisa melirik Khun. Khun sedari tadi menatap keluar jendela. Mengacuhkan semua yang dikatakan Namh.
                                “Khun-ah, kenapa dari tadi hanya diam saja. Asistenmu sangat lucu,”Wooyoung berkata.
                                “Ah, dia memang begitu,”Khun beranjak berdiri lalu berjalan ke luar ruangan.

                Gaya berpakaian Namh sangat unik. Gadis itu selalu memakai rompi berbulu kemanapun ia pergi. Rambutnya yang berponi juga menambah keunikan dirinya.



***



                                “Hya, Namh-ssi! Kau mau pesan apa?”Wooyoung bertanya pada Namh yang duduk dilain meja.
                                “Aku tidak pernah makan yang seperti ini sebelumnya. Jadi aku sedikit bingung dengan ini,”Namh terlihat bingung membaca buku menu.
                                “Jeongmal? Kau belum pernah makan pasta sebelumnya?”Wooyoung tampak keheranan.
Namh dengan polos menggeleng.
Taecyeon yang sedari tadi memperhatikannya tersenyum kecil.
                Siang itu Khun, Wooyoung dan Taecyeon makan siang bersama disebuah restoran pasta di daerah Gangnam bersama Namh.
                                “Namh, duduklah disini.”Taecyeon meminta Namh un tuk bergabung dengan mereka dalam satu meja.
                                “Kemarilah,”Wooyoung juga memintanya.
                                “Ah, gwenchana. Aku kan seorang asisten, jadi aku hrus duduk terpisah dengan artisku.”kata Namh dengan polos.
                                “Kali ini kau bersama kami bukan jadi seorang asisten. Kau kan asistennya Khun. Jadi kau bukan asisten kami. Aku sudah kuanggapmu sebagai teman,”Wooyoung menghampiri Namh lalu menarik tangannya agar ia mau duduk dalam satu meja dengan mereka.
                                “Wah, khamsahamnida.”Namh merasa tersanjung.

Pesanan sudah datang. Pasta Olive Oil,  Raviolli, Risotto, dan Vongole telah tersaji dimeja mereka. Tiba-tiba Namh mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sumpit.
                                “Hya, mengapa kau makan pasta dengan sumpit? Ini bukan ramen. Kau harus pakai garpu,”bentak Khun.
                                “Pakai ini,”Taecyeon menyodorkan garpunya ke Namh.
                                “Annyeo. Aku sudah terbiasa makan dengan sumpit. Bahkan aku makan nasi-pun memakai sumpit,” Namh memperlihatkan sumpitnya yang ia bawa dari Thailand.
                                “Isssh,”Khun kesal dengan sifat Namh yang keras kepala.
Namh kaget saat melihat Taecyeon memakan Raviolli menggunakan sendok.
                                “Taecyeon-ssi? Kenapa kau makan pakai sendok?”Namh memperhatikan Taecyeon yang lahap makan Raviolli dengan sendoknya.
                                “Kau tahu, Taecyeon hanya bisa makan dengan sendok sedangkan Khun hanya bisa makan dengan garpu. Itu sebabnya Taecyeon tidak bisa makan steak dan Khun tidak akan pernah memakan sup. Dan kau biasa makan dengan sumpit. Ah, sudahlah ayo makan,”Wooyoung mulai memakan pastanya dengan lahap.



***



                                “Hya, kau lupa membawa jaket baseball-ku?”Khun tampak sibuk membuka koper.
                                “Sepertinya kau meninggalkannya didalam Van,”Namh juga tengah sibuk menata kembali pakaian yang diobrak-abrik Khun.
                                “Cepat ambil! Sebentar lagi aku akan mulai on camera!”perintah Khun pada Namh.
                                “Baiklah,”Namh segera berlari keluar ruangan.



*** 



                                “Ah, dimana jaketnya? Aku bisa kena marah Khun kalo tidak segera menemukannya,”Namh tampak bingung saat memeriksa Van 2PM.
                                “Hya, apa ini yang kau cari?”kata seseorang dari luar Van.
Namh keluar dari Van.
                                “Omo, bagaimana bisa ini ada ditanganmu? Syukurlah kalau sudah ketemu,”Namh lega.
                                “Kau akan bertahan samapi kapan diperlakukan Khun sperti ini?”Taecyeon bertanya serius.
                                “Taecyeon-ssi, apa yang kau maksud? Aku kan hanya seorang asistennya Khun. Jadi sudah sepantasnya kalau aku ini disuruh-suruh Khun,”Namh sedikit kikuk menjawab pertanyaan Taecyeon.
                                “Sudahlah, aku telah mengetahui semuanya. Khun sendiri yang mengatakannya padaku.”Taecyeon merasa kasian melihat perlakuan Khun pada Namh.
                                “Gwenchana Taecyeon-ssi. Hanya dengan cara ini aku bisa selalu berada didekat Khun,”Namh tersenyum.


***


                                “Hya, ini kenapa kemejaku warnanya kusam. Kau ini bisa memncuci baju tidak, sih?”Khun memegangi kemeja birunya yang tampak kusam.
                                “Tapi kemarin kau yang menyuruhku untuk memasukkannya ke laundry,”Namh membela diri.
                                “Babo! Kau seharusnya tau apa yang harus kulakukan,”Khun marah sekali. Kemeja itu akan ia pakai untuk keacara variety show.
                                “Maaf, aku tidak tau. Ini pakai dulu sepatumu.”Namh baru saja selesai mengelap saepatu Khun.
                                “Kau ini bodoh atau apa? Ini bukan sepatu yang cocok dengan bajuku ini. Ah, sudahlah! Aku akan cari sendiri!”Khun melempar sepatu itu dan berjalan keluar kamar.
Namh sangat sedih. Khun telah banyak berubah semenjak ia menjadi artis diKorea. Khun yang ramah dan selalu tersenyum saat tampil diTV sangat berbeda dengan Khun yang selalu dihadapi Namh. Pemarah dan selalu menganggap Namh salah adalah sosok Khun saat ini.
                                “Khun, kau banyak berubah,”air mata Namh mengalir begitu saja.
Tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan tisu untuknya.
                                “Pakailah ini. Kau tampak benar-benar bodoh dengan air mata itu,”Taecyeon menyodorkan selembar tisu untuk Namh.
                                “Gomawo,”Namh mulai menyeka air matanya.
                                “Seseorang bisa berubah, Namh. Termasuk Khun. Sudahlah jangan pikirkan lagi Khun. Aku sudah tak tahan melihatmu seperti ini,”Taecyeon berkata.
                                “Gwenchana, demi Khun apapun akan kulakukan,”kata Namh.
                                “Apa kau bodoh? Apa kau tidak punya harga diri? Lihatlah betapa menyedihkannya dirimu sekarang. Kau diperlakukan lebih menyedihkan dari seorang pembantu, Namh. Kau selalu dibentak-bentak Khun dengan sesuka hati, kau harus mempersiapkan semua kebutuhannya 24jam, kau bahkan tidak punya waktu untuk istirahat, Namh. Aku yakin Khun hanya akan mempermainkanmu saja,”Taecyeon marah pada Namh.
                                “Kakekku dan Kakek Khun adalah sahabat sejati. Dulu kakekku mengalami gagal ginjal sehingga setiap minggu harus melakukan cuci darah. Namun, berkat kakek Khun yang mau mendonorkan sebuah ginjalnya untuk kakekku, kakekku tidak harus melakukan cuci darah lagi. Kakek Khun juga yang membantu keluarga kami keluar dari maslah ekonomi yang bertahun-tahun membelit kami. Kata kakek, aku harus menikah dengan Khun untuk membalas semua kebaikan kakek Khun. Dan sampai akhir hayatnya-pun, kakek terus mengingatkanku untuk menikah dengan Khun kelak,”ucap Namh sambil berurai air mata.
Taecyeon merasa bersalah. Ia telah membuat Namh menangis tersedu-sedu.
Taecyeon akhirnya memeluk Namh yang menangis semakin terisak. Namh hanya diam saja saat Taecyeon memeluknya.
                                “Hya, Ok Taecyeon! Apa yang kau lakukan dengan calon istriku?”Khun memukul Taecyeon hingga membuatnya jatuh terkapar. Terlihat darah keluar dari sudut bibir Taecyeon.
                                “Apa? Calon istri? Kau masih berani menyebutnya sebagai calon istrinya, hah?”Taecyeon membalas pukulan Khun. Khun juga jatuh terkapar.
                                “Apa urusanmu? Kau tidak berhak mencampuri urusan kami!”Khun menarik kerah kemeja Taecyeon.
                                “Kau ini lelaki atau bukan? Bisa-bisanya ka memperlakukan wanita seperti itu. Sebenarnya Namh itu calon istrimu apa pembantumu?”tantang Taecyeon.
                                “Sudah hentikan!”Namh berusaha memisahkan keduanya. Namun, ia tak berdaya karena ukuran tubuhnya yang kecil.
                                “Ingat ya, aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Namh lagi,”Khun mengancam.
                                “Hmm, kau juga harus ingat! Takkan kubiarkan Namh menangis lagi,”Taecyeon membalas ancaman Khun.
Seketika Khun menarik tangan Namh yang masih memegang tisu pemberian Taecyeon.
                                “Ikut aku,”


***



                                “Hya, sebenarnya apa yang membuatmu menangis?”tanya Khun saat mereka berada dijalan.
                                “Kau.”Namh masih sedikit terisak.
                                “Aku kenapa?”Khun masih tidak menyadari kesalahannya.
                                “Benar kata Taecyeon. Kau memperlakukanku seperti pembantu,”
                                “Jangan sebut nama itu lagi dihadapanku,”Khun menambah kecepatan mobilnya.
                                “Waeyo? Kau memang seperti itu terhadapku,”Namh mengelap ujung matanya yang masih berair.
                                “Hya! Aku seperti itu karena stress pekerjaan. Kau tau betapa padatnya jadwal-ku bersama 2PM? Aku bahkan hanya sempat tidur selama tiga jam sehari. Ditambah lagi sebentar lagi 2PM akan mengadakan showcase. Itu membuatku gila,”Khun mulai kehilangan keseimbangan laju mobilnya.
                                “Khun, jangan ngebut-ngebut. Aku takut,”Namh ketajutan saat melihat speedometer menunjuk angka 150km/jam.
Dan duniapun berubah menjadi gelap.


*** 


                Seorang gadis terbaring lemah dengan slang oksigen dihidungnya dan infuse ditangan. Gadis itu baru saja menjalani operasi pengangkatan serpihan kaca yang menancap dipelipis kanannya.
                                “Bagaimana keadaan Namh, Dok?”tanya seorang pria yang sedari tadi memegang erat tangan gadis itu.
                                “Kemungkinan besar ia akan mengalami sedikit masalah dengan ingatannya. Itu disebabkan karena benturan saat kecelakaan yang cukup hebat yang dialami otakknya. Mungkin ia hanya dapat mengingat sekitar 60% dari memorinya sekarang,”ucap Dokter saat memeriksa keadaan Namh.
                                “Maksudmu ia akan kehilangan ingatannya akhir-akhir ini?”tanya lelaki itu.
                                “Benar, bahkan untuk kemungkinan terburuknya ia tidak akan ingat kejadian selama satu tahu terakhir,”jela Dokter itu.
Lelaki itu hanya terpaku wajah Namh yang masih koma. Tangannya masih menggenggam erat jemari Namh.
                                “Sumpit, mungkinkah kau akan mengingatku saat kau sadar nanti? Bagi orang Korea sendok dan sumpit tidak bisa dipisahkan. Namun tidak untuk kali ini. Sumpit tidak akan pernah bersama dengan sendok. Hiduplah dengan garpu itu dengan bahagia,”lelaki itu lalu mengecup lembut kening Nahm.


***
               

                                “Kau! Aku akan menyerahkan sumpit kepadamu. Jangan kau perlakukan dia seperti itu lagi. Aku akan mengawasimu dari Jepang,”ucap Taecyeon.
                                “Arasseo. Garpu tidak akan lagi membuat sumpit menangis,”Khun berjanji saat mengantar Taecyeon di Bandara.


***



                                Perlahan-lahan Namh mulai membuka matanya. Dia terlihat sedikit bingung dengan keadaan disekitarnya.
                                “Namh, kau sudah bangun?”Khun mulai tersenyum saat melihat Namh membuka mata.
                                “Khun….”ucap Namh lemah.
                                “Iya, Namh. Aku disini.”Khun mengenggam ert tangan Namh. Terlihat matanya berkaca-kaca.



*** 



                                “Keadaan nona Namh sudah jauh lebih baik. Mungkin lusa nona Namh sudah bisa pulang,”ucap Dokter saat memeriksa keadan Namh.
                                “Kau dengar, Nahm? Lusa kau sudah bisa pulang. Jadi sekarang ka harus banyak makan, supaya cepat sembuh.”kata Khun yang duduk disamping Namh.
                                “Jeongmal? Waaa, khamsahamnida Dokter,”Namh tersenyum manis.
                                “Kalau begitu saya perimsi dulu,”Dokter kemudian keluar dari kamar Namh.


***



                                “Namh, maukah kau memaafkan aku?”Khun berlutut didepan Namh.
                                “Waeyo, Khun? Maaf atas apa? Kau sudah terlalu baik padaku,”Namh bingung melihat Khun berlutut didepannya.
                                “Kau mungkin tidak ingat. Tapi aku telah bertindak bodoh kemarin padamu.  Maafkan aku, Namh.
                                “Kau ini bicara apa, Khun? Kau membuatku terharu,”Namh malah memeluk Khun sambil jongkok.
                                “Mianhae, jeongmal mianhae Namh. Dulu aku menyia-siakanmu. Sekarang aku sadar, bahwa cintamu tulus padaku,”Khun memeluk Namh hangat.




***



                Dua tahun yang lalu Namh dan Khun melangsungkan pernikahan di Seoul. Pernikahan mereka berlangsung meriah karena dihadiri oleh banyak orang. Termasuk para perwakilan Hottest dari berbagai negara. Namun, Taecyeon tidak bisa hadir karena ia harus tinggal di Jepang selama beberapa bulan untuk promosi album solonya.
                Setelah menikah, mereka tinggal di Bangkok. Khun harus bolak-balik Bangkok-Seoul setiap sebulan sekali demi istrinya, Namh yang tengah hamil muda.
                                “Yeobo, ini kutemukan didepan pintu pagar. Kupikir ini kiriman dari fansmu.”Khun yang baru saja tiba dirumah menemukan sebuah kotak berwarna merah marun.
                                “Hya yeobo, aku tidak punya fans. Kau kan yang anggota 2PM, mungkin ini adalah kiriman dari fansmu,”Namh berkata pada suaminya itu.
                                “Tapi ini ditujukan padamu, yeobo. Kemarilah,” Namh duduk disamping Khun.
Namh membuka kotak itu. Ternyata isinya adalah sebuah sumpit dan garpu.


Dear Nona Sumpit,
Mungkin kau tidak akan ingat padaku, tapi aku akan selalu ingat padamu.
Sumpit dan garpu memang tidak bisa dipisahkan bukan?
Meskipun sumpit sering dipandang remeh, namun jika ada garpu disisinya, itu tidak akan terjadi lagi.
Sumpit dan sendok tidak akan pernah bisa bersatu. Jangan tanya mengapa, karena takdir sudah menggariskan mereka tidak pernah bisa bersatu.
Selamat menempuh hidup baru,
Aku akan menunggu sumpit dan garpu junior disini

Salam,
Sendok



                                “Sumpit? Garpu? Sendok?”air mata Namh akhirnya tumpah juga. Ingatan-ingatan akan sosok Taecyeon muncul dipikirannya. Taecyeon yang selalu makan menggunakan sendok, bahkan saat ia makan pasta. Taecyeon yang dulu selalu membantunya saat ia diperlakukan tidak adil oleh Khun, Taecyeon yang dulu memeluknya saat ia menangis karena Khun. Kini Namh telah ingat semuanya.



The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar