“Bu,
kenapa langit senja selalu tampak indah?”
“Karena ini senja di Borneo.”
***
Hari ini, aku bangun lebih pagi.
Melawan dinginnya semilir angin yang merasuk dan bergegas menuju tambak ikan.
Aku telah berjanji padanya untuk pergi menjaga tambak bersama.
“Tius, apa hari ini giliranmu yang
menjaga tambak?” tanyaku saat mendapati Tius tengah duduk-duduk dipinggir
tambak.
“Iya, Bu…” jawabnya singkat.
Matius atau yang akrab dipanggil
Tius adalah anak dari orangtua asuhku selama di Kalimantan. Ya, aku sedang
menjalankan tugas sebagai asisten konsultan sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang kehutanan. Dua bulan lalu, saat pertama kali aku menginjakkan kaki di
Desa Labuangkalo, Tius adalah orang pertama yang membantuku untuk membawa
ransel dan barang bawaan lainnya.
Tius, bocah kecil dengan kulit
coklat tersengat sinar matahari ini, kini menatap kosong hamparan air tambak
didepannya. Tak biasanya ia seperti ini.
“Tius, kamu kenapa?” tanyaku
penasaran.
“Pak Guru Saidi pulang ke Jawa.
Tidak ada lagi guru disekolah kami, Bu.” ucapnya pelan.
“Pak Guru Saidi?”
“…” Tius hanya menatapku tanpa ucap.