How I miss him so much...
Aku rindu papa, ya aku rindu lelaki hebat berusia kepala 5
itu. Sosok pria diam yang tak banyak kata.
Masih segar diingatan bagaimana beliau dengan sabarnya
mengajariku naik sepeda saat aku masih kanak-kanak. Aku rindu semua tentang
papa. Aku rindu suara derap kaki papa yang pulang dari masjid setiap subuh,
rindu suara gemericik air wudu beliau, bahkan aku juga rindu cara beliau
mengingatkan aku agar mandi.
Walaupun aku dan papa beda kota dan seminggu sekali pulang,
aku hampir tidak bisa merasakan hal itu lagi. Disaat aku pulang dari kota gudeg
ini, Papa sudah berangkat ke kantor. Dan saat beliau pulang kerja aku
seringkali melewatkan membuatkan beliau secangkir teh.
I miss him and always miss all about him. He’s my first
love. Papa adalah cinta pertamaku. Beliau dengan cara khasnya selalu mengajari
tetang arti kerja keras kepada putra-putrinya. Untuk mengobati rasa rindu ini,
terkadang aku menyemprotkan parfum beliau ke jaket sebelum aku berangkat ke
Jogja. Ya, dengan cara itu aku sedikit bisa merasakan Papa akan selalu
bersamaku setiap saat.
Pernah suatu kali aku melihat beliau yang tengah duduk
sambil terkantuk didepan layar TV. Aku berpikir apa yang telah aku lakukan
untuk Papa selama ini? Bahkan diumurku yang hampir menyentuh kepala dua ini,
mungkin belum bisa dibilang membanggakan Papa.
Hanya selantun doa agar Papa selalu diberi kesehatan dan aku
masih diberi kesempatan untuk membuat papa bangga.
Dengan penuh cinta dan air mata
(Special dedicated for Agus Widodo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar