Hari ini entah kenapa semangat nulis membara setelah
mendengar “Bung Hatta memimpin bangsa bukan dengan orasi, bukan dengan aksi, namun
dengan sebuah coretan penuh makna bernama tulisan”
Agrifish Leadership Action telah usai digelar di Auditorium
Fakultas Pertanian UGM pada 24 November 2012. Entah mengapa setelah mengikuti
pelatihan kepemimpinan dengan tema “Membangun Karakter Kepemimpinan dalam
Menjawab Tantangan Global” ini jiwa dan semangat untuk berorasi dalam bentuk
coretan pena semakin besar. Mungkin ini adalah takdir (?)
Narasumber Agrifish Leadership Action (ALA) adalah Kak
Luthfi, seorang mahasiswa Fisipol UGM angkatan tahun 2008. Beliau adalah mantan Presiden BEM KM UGM tahun 2011. Kak Luthfi mengawali pembicaraan dengan
mengupas sisi lain dari Jalan Kaliurang pada tahun 2008. Beliau menyebutnya
dengan “Romantisme Angkatan 2008-2011”. Jalan Kaliurang merupakan sebuah nama
jalan yang berada diantara kawasan kampus UGM. Letaknya diantara Gedung GSP dan
Kampus Fakultas MIPA dan Farmasi. Kak Luthfi menceritakan keadaan Jalan
Kaliurang sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di Jogja hingga sekarang
ditahun keempatnya menjadi seorang mahasiswa UGM, bahwa telah banyak perubahan
yang terjadi pada jalan yang menurut beliau penuh dengan romantisme saksi bisu
para staff BEM KM UGM yang sering melewatinya saat pulang rapat pada masa
jabatan Kak Luthfi.
Selanjutnya Kak Luthfi bercerita tentang sisi lain
romantisme antara kemajuan teknologi yang diberdayakan para mahasiswa ugm
lintas angkatan. Pada tahun 2008 sosnet yang sering dipergunakan adalah “Friendster”.
Friendster merupakan jejak dari masa-masa ke-labil-an kita melalui tulisan yang
besar-kecil dan pencampuran dengan angka dimulai. Beranjak pada tahun
berikutnya yaitu tahun 2009 mulai dikenal sosnet “Facebook” dan hingga sekarang
mulai ramai dengan “Twitter”.
Satu yang angat membekas dihati adalah saat Kak Luthfi
berkata,”jaman sekarang galau lebih dilakukan diruang public. Lantas jika
mereka masih melakukan galau diruang public seperti sosnet, bagaimana mereka
akan menjadi pemimpin jika mereka masih sibuk dengan urusan dirinya itu?”
Kak Luthfi juga menyebutkan beberapa nama tokoh yang sampai
saat ini masih dikenang namanya karena teknik memimpin mereka yang mampu
mencuri perhatian kita. Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan Tan Malaka adalah
empat nama yang berhasil membuat seisi Auditorium Faperta hening sejenak. Bung
Karno memimpin dengan gaya orasinya yang begitu memukau bagi siapa saja yang mendengarnya.
Lain halnya dengan gaya memimpin dari Bung Hatta. Beliau yang cenderung kalem
lebih memilih coretan pena sebagai teknik kepemimpinan, banyak buku-buku yang
dikarang oleh Bung Hatta yang mempelopori pemimpin-pemimpin muda Indonesia saat
ini. Selanjutnya adalah Bung Sjahrir, seorang cerdas yang memilih jalur
akademisi atau diplomasi. Beliau merupakan otak dari serangkaian
perjanjian-perjanjian yang pernah dilakukan Indonesia untk mempertahankan
kedaulatan dengan Negara lain. Dan yang terakhir adalah Tan Malaka, pemimpin
PKI dari madiun ini cenderung langsung bereaksi dengan apa yang ia lihat.
Beliau memang seorang pemimpin dari Parkai Komunis Indonesia, namun teknik
kepemimpinannya patut dicontoh.
Tiga kata kata kunci untuk menjadi tipe ideal seorang
pemimpin, menurut apa yang telah Kak Luthfi sampaikan adalah :
Moralitas
Kita sebagai seorang mahasiswa harus berani mengungkapkan
kebenaran untuk menegakkan keadilan. Moralitas seorang mahasiswa sepautnya
bertindak demikian karena kita adalah calon penerus bangsa.
Intelektualitas
Seorang pemimpin harus mempunyai intelektualitas, seperti
contohnya Bill Gates. Beliau pernah di DO dari sekolahnya namun beliau mampu
menjadi pemimpin dalam bidang Software Microsoft sampai saat ini. Apabila ada
suatu masalah, hendaknya diadakan riset, kajian, dan mengumpulkan data terlebih
dahulu. Jadikan landasan untuk memberikan yang terbaik untuk rakyat keran
kampus kita, UGM, adalah universitas kerakyatan Jalan terakhir adalah aksi.
Oposisi dalam ketidakadilan
Butuh keberanian untuk menjadi seorang pemimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar